Ceo Cantik Dan Kaya

Ceo Cantik Dan Kaya

TRIBUNNEWS.COM - Berikut chord gitar dan lirik lagu Hitam Putih yang dipopulerkan oleh Cozy Republic.

Cozy Republic merilis kembali lagu Hitam Putih dengan versi terbarunya.

Video klip terbarunya telah diunggah di akun YouTube Cozy Republic Official pada 17 Mei 2020.

Baca juga: Chord dan Lirik Lagu Sit Still, Look Pretty - Daya, Lagu Viral di TikTok

Baca juga: Chord dan Lirik Lagu To The Bone - Pamungkas: I Want You To The Bone

Chord dan lirik lagu Hitam Putih - Cozy Republic:

[Intro]G   Am   C   D   G   D.[Verse]G                        AmYang hitam, pacarku yang pertama           CDia cantik dan kaya  D              G   DSangat manja padaku   G                        AmYang putih, pacarku yang kedua            CJuga cantik dan kaya   D           GCinta mati padaku .[Reff]    C             D            GAku tak tahu yang mana musti kupilih    C           D             GDua duanya sama cantik dan kaya    C          D                Em          CDaripada aku bingung, bingung pusing memikirkan    Am        D          G    DAku pacari saja dua duanya. [Interlude]G   Am   C   D   G.[Reff]    C             D            GAku tak tahu yang mana musti kupilih    C           D             GDua duanya sama cantik dan kaya    C          D                Em          CDaripada aku bingung, bingung pusing memikirkan    Am        D          G    EmAku pacari saja dua duanya    Am        D          G    EmAku pacari saja dua duanya    Am        D          G    EmAku pacari saja dua duanya    Am        D          GAku pacari saja dua duanya

Baca juga: Lirik dan Chord Loro Pikir - Vita Alvia: Dino Dino Riko Suguhi Warang

Baca juga: Chord Gitar Lagu Wakil Rakyat - Iwan Fals: Wakil Rakyat Seharusnya Merakyat

Pengusaha sekaligus investor sukses lainnya semisal Elon Musk, Sandiaga Uno, Hermanto Tanoko, Anthony Salim, dan lainnya bisa kita telusuri di berbagai media, ternyata melakukan hal yang sama.

Anthony Salim, salah satu orang terkaya di Indonesia (Kontan/Cheppy A Muchlis)

Anthony Salim, salah satu orang terkaya di Indonesia (Kontan/Cheppy A Muchlis)

Mereka tak pernah berhenti melakukan upaya untuk mengembangkan kekayaannya. Berbagai aksi terus dilakukan, entah menciptakan lini bisnis yang baru, melakukan akuisisi bisnis yang lain dengan cara melakukan pembelian saham suatu perusahaan dalam jumlah yang besar dan sebagainya.

Padahal kalau mau dipikir-pikir, tanpa harus berepot-repot melakukan itu semua, jumlah kekayaan yang mereka miliki sudah sangat-sangat berlebih untuk sekadar membiayai hidupnya.

Tanpa harus melakukan apapun, mereka sudah dipastikan punya penghasilan miliaran bahkan mungkin puluhan sampai ratusan miliar rupiah per tahun hanya dari dividen perusahaan yang dimiliki.

Apakah itu berarti mereka yang disebut sebagai orang terkaya adalah orang-orang serakah yang tak pandai bersyukur, tak mengenal arti kata cukup dalam hidupnya, serta tak peduli nasib hidup orang lain?

Ternyata tidak juga. Kebanyakan diantara mereka dikenal sebagai orang-orang dermawan yang gemar mendonasikan uangnya dalam jumlah sangat besar untuk kegiatan amal, kemanusiaan, membantu orang-orang yang dalam kesusahan. Informasi mengenai hal tersebut bisa kita cari dan temukan di berbagai media.

Pada sisi lain, ada kisah tentang orang-orang yang sempat memiliki uang/kekayaan dalam jumlah besar namun sayangnya tak bisa bertahan lama.

Mike Tyson, seorang petinju profesional yang mendunia. Pada masa kejayaannya berhasil menjadi juara dunia tinju hingga berbagai penghargaan berhasil diraihnya. Harta kekayaannya pun melonjak tinggi, diperkirakan sampai mencapai US$ 400 juta atau setara Rp 6 T.

Namun sejarah hidupnya berkata lain. Tyson juga dikenal gemar bergaya hidup mewah dan berfoya-foya. Tak berapa lama, harta kekayaannya habis bahkan dikabarkan ia mengalami kesulitan keuangan, hingga terpaksa berutang.

Lihat Money Selengkapnya

Siang ini kembali aku mengantar lima puluh bungkus nasi rames ke proyek. Seperti biasa aku membawanya dengan menggunakan gerobak bersama Raihan yang juga berada di dalamnya. Bocah lucu itu sangat mengerti kesulitan yang aku hadapi. Anak itu justru senang berada dalam gerobak beserta beberapa mainannya. Sementara beberapa kantong plastik berisi puluhan nasi bungkus aku gantung pada tepi gerobak, agar tidak disentuh oleh Raihan. Aku telah sampai di gerbang masuk proyek. Perlahan kudorong gerobak melewati beberapa pekerja yang istirahat. Kembali terlihat mobil mercy hitam milik Yuda terparkir sempurna di depan kantor proyek. Semoga saja aku tidak bertemu dengan laki-laki itu. Entah mengapa, sejak kejadian di rumah ibu mertua beberapa hari yang lalu, tanpa kusadari, wajah tampan laki-laki itu selalu terbayang di benakku. Pandangan mataku menelusuri sekitar para pekerja untuk mencari Mandor Haris, namun tidak terlihat sama sekali. "Permisi ..., Mandor Haris kemana, Pak?" Aku mencoba bertanya pada salah satu pekerja. "Nggak lihat, Neng. Coba masuk aja di dalam." Apaa? Masuk ke dalam? Lalu ketemu Tuan Yuda? Tidak! Aku nggak mau ketemu pria itu lagi. Cara dia menatapku membuatku tak bisa tidur. Apa dia memang selalu seperti itu jika menatap wanita? "Hei kenapa ada perempuan di sini? Siapa kamu?" Seorang wanita cantik dengan riasan wajah tebal memakai dress pendek tanpa lengan, keluar dari kantor proyek. Wajahnya yang angkuh memandangku dengan tatapan tak suka. "Saya Salma, Bu. Mau bertemu Mandor Haris. Ini Nasi bungkus pesanannya,"Jawabku seraya menunjuk beberapa kantung nasi pada gerobakku. "Ibu, ibu! Kamu pikir aku Ibumu? Panggil saya Nona!" sahutnya ketus. Astaga! Wanita ini ...! Aku hanya bisa mengurut d**a melihat sikapnya. "Iy-iyaa, maaf, Nona. Mandor Harisnya apa ada di dalam, Nona?" "Mana saya tahu kemana Mandor Haris. Kamu pikir saya siapa, ha?" Ya Tuhan, wanita ini kenapa ketus sekali? Jelas aku tidak tahu siapa dia. Aneh. "Biasa aja kali, Non. Saya kan cuma nanya," ujarku malas seraya memutar bola mataku. "Hei perempuan miskin! Baru jadi tukang nasi bungkus saja sudah kurang ajar kamu!" teriaknya. Wanita tinggi berkulit putih itu menghampiriku seraya berkacak pinggang. Teriakannya membuat para pekerja menoleh pada kami. Aku membuang napas kasar. Malas rasanya menghadapi orang-orang seperti ini. Sebaiknya aku titipkan saja pada salah seorang pekerja di sini. "Untuk apa kamu turunkan nasi-nasi itu?" tanya wanita itu seraya menaikkan alisnya dan mata melotot padaku. "Saya mau titipkan saja pada Bapak ini, Nona," sahutku tanpa menoleh dan terus memberikan bungkusan-bungkusan itu pada mereka. "Tidak usah! Bawa pulang saja lagi nasi-nasi itu. Dan mulai besok kamu nggak usah lagi antar nasi bungkus itu ke sini. Proyek ini tidak mau b**********n dengan pedagang kurang ajar seperti kamu. Dasar orang miskin tidak sopan!" "Nasi-nasi ini sudah dibayar, Nona. Mana mungkin saya bawa lagi," sahutku kesal. Karena sikap dan teriakan wanita itu, Raihan jadi ketakutan dan menangis. Gegas aku meraih Raihan dari dalam gerobak dan menggendongnya. "Sudah sana cepat pergi! Berisik, tau nggak!" bentaknya lagi membuat tangis Raihan semakin kencang. Aku kesulitan mendiamkan tangis Raihan yang semakin keras. Anak ini terus mengamuk dan berkali-kali gendongannya terlepas. Para pekerja melihatku dengan wajah serba salah dan bingung. Mungkin mereka hendak membantuku, namun takut pada wanita sombong itu. Bagaimana caranya aku bisa kembali membawa gerobak ini, sedangkan Raihan tidak bisa tenang. Untunglah aku membawa botol s**u berisi ASI yang kadang aku siapkan untuk saat berjualan. Aku memang tidak bisa menyimpan stok ASI lebih banyak karena tidak punya pendingin. Raihan pasti turut merasakan tidak terima dihina seperti ini. Perlahan-lahan akhirnya anakku itu berangsur tenang. "Eh, Mbak Salma, maaf tadi saya diminta bos ke bank." tiba-tiba Mandor Haris masuk dari pintu gerbang. Dengan berlari kecil pria itu segera menghampiriku. "Nasi bungkusnya sudah aku titip Bapak itu." ujarku sambil menunjuk pada salah satu pekerja. Mandor Haris mengangguk ramah. "Baik mbak Salma. Terima kasih. Jangan lupa besok antar lima puluh bungkus lagi. Ini uangnya," sahut Mandor Haris sopan, sambil menyodorkan sebuah amplop padaku. "Apa-apaan ini? Saya sudah cancel. Mulai besok jangan beli nasi bungkus sama perempuan kurang ajar ini lagi!" ketus perempuan berambut pendek tadi seraya menepis tanganku yang hendak meraih amplop itu. Mandor Haris tampak bingung. berkali-kali pria itu memandangku dan wanita seksi itu secara bergantian. "Ya sudahlah. Aku permisi." Aku pamit seraya menggendong Raihan dan mulai mendorong gerobak. Tanpa mengambil amplop yang masih berada di tangan mandor Haris. Untunglah Raihan sudah tenang dengan botol susunya. Aku tak habis pikir dengan sikap wanita itu. Dari penampilannya yang glamour, jelas dia adalah orang kaya harta yang seharusnya bisa membantu kaum lemah dan miskin sepertiku. Ternyata semakin banyak harta bisa menjadikan manusia semakin tidak berakhlak. Aku mendorong gerobakku hingga sampai ke pintu gerbang. Tiba-tiba terdengar suara yang tak begitu asing di tekingaku. "Ada apa ini ribut-ribut?" Astaga! Akhirnya laki-laki itu keluar juga dari kantornya. Seketika saja jantungku berdegup dengan cepat. Segera kupercepat mendorong gerobak dan keluar dari proyek ini.